Hanaken.ID – Teknik cetak saring atau lebih dikenal dengan sablon merupakan kegiatan untuk menghias suatu apparel menggunakan bahan selain kain atau benang. Teknik sablon sudah mulai ditemukan sejak abad ke-13 masehi.
Hingga saat ini, sudah ada banyak sekali teknik penyablonan yang dipraktikkan, khususnya di dalam dunia apparel. Nah, untuk mengetahui informasi tentang teknik apa saja yang bisa dipraktikkan dalam menyablon, sebaiknya simak penjelasan lengkap yang akan diberikan pada artikel ini.
Teknik Sablon Press
Secara umum, sablon terbagi menjadi 2 teknik, yaitu press dan digital. Sablon press lebih dikenal dengan kata sablon gesut di kalangan penyablon. Penyablonan dengan teknik ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada tinta yang berada di atas screen.
Pemberian tekanan atau lebih dikenal dengan menggesut ini bertujuan untuk mendorong tinta supaya menembus keluar dari screen dan menyerap ke kain yang digunakan sebagai media. Ini adalah teknik klasik yang masih sering digunakan sampai saat ini.
Sablon press juga terbagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu manual dan otomatis. Mari pahami kedua teknik tersebut dengan membaca penjelasan di bawah ini.
1. Sablon Manual
Sablon press manual merupakan teknik paling lama, bahkan sudah dipakai sejak awal penemuan sablon itu sendiri. Teknik manual masih terus digunakan sampai saat ini.
Seperti namanya, seluruh proses dalam sablon ini dilakukan dengan bantuan tangan tanpa mesin apa pun. Penyablon hanya membutuhkan alat sablon khusus dan cairan kimia untuk menghasilkan warna. Teknik yang satu ini terbilang murah karena tidak memerlukan peralatan canggih.
Namun dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk memproduksi apparel. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi juga lebih lama.
Kualitas sablon yang dihasilkan dengan teknik manual ini sangat ditentukan oleh keahlian penyablon atau tukang gesutnya. Tekanan yang diberikan pada setiap gesutan bisa saja berbeda sehingga ketebalan tinta yang menempel akan berlainan.
Meski begitu, sablon manual bisa dikatakan lebih unggul dari segi kualitas dan ketahanan jika diproduksi oleh penyablon yang sudah ahli.
2. Sablon Otomatis
Teknik ini sama persis seperti sablon manual, hanya saja prosesnya tidak dilakukan oleh manusia. Seluruh prosesnya menggunakan mesin yang dapat disetting dan dijalankan secara otomatis. Penggunaan mesin ini dinilai lebih menguntungkan karena sablon yang dihasilkan bisa lebih konsisten.
Pengguna bisa mengatur berapa volume tinta yang akan dituangkan di screen. Tidak hanya itu, pengguna pun bisa mengatur besarnya tekanan yang diberikan ke tinta agar bisa menembus screen dan menempel di media.
Pemakaian mesin untuk menyablon dapat menghasilkan produk dalam waktu lebih cepat dan jumlah yang lebih banyak. Terlebih warna yang dihasilkan juga lebih presisi jika dibandingkan dengan sablon manual.
Teknik Sablon Digital
Teknik kedua adalah sablon digital yang tidak memakai screen sama sekali. Peran screen dalam menyablon digantikan oleh mesin cutting atau printer. Seluruh proses dalam sablon digital dikendalikan melalui komputer.
Saat ini, ada 3 teknik yang digunakan dalam sablon digital antara lain dye sublimation, polyflex, dan direct to garment. Sebaiknya simak penjelasan berikut ini untuk memahami perbedaan dari masing-masing teknik tersebut.
1. Sablon Dye Sublimation
Sablon dengan teknik ini memanfaatkan transfer paper yang dicetak dengan mesin khusus terlebih dahulu. Transfer paper selanjutnya ditempelkan ke kain dan dipanaskan menggunakan heat press machine.
Dengan proses pemanasan ini, tinta yang awalnya menempel pada transfer paper akan ditransfer dan menempel di kain. Proses penyablonan dengan teknik ini bisa dibilang sangat mudah. Sayangnya, kualitas dan ketahanannya bisa dibilang rendah.
Dekorasi sablon pada apparel tidak akan bertahan lama jika dicuci atau disetrika dengan teknik yang salah.
2. Sablon Polyflex
Teknik sablon yang satu ini juga menggunakan transfer paper seperti dye sublimation. Namun untuk menghasilkan warna, sablon polyflex menggunakan stiker. Stiker akan dipotong-potong terlebih dahulu dan ditempelkan pada transfer paper.
Berikutnya, transfer paper ditempelkan pada kain yang akan disablon dan dipanaskan menggunakan mesin heat press. Proses pemanasan tersebut membuat stiker vinyl menempel erat di kain.
Penyablonan dengan teknik polyflex sering dipraktikkan dalam pembuatan jersey sepak bola. Ketahanannya lebih baik kalau dibandingkan dengan dye sublimation. Namun sebaiknya hati-hati saat menyetrikanya.
3. Sablon Direct to Garment
Teknik terakhir dari sablon digital adalah direct to garment atau DTG. Prinsip sablon ini hampir sama seperti mengeprint dokumen di kertas.
Sablon direct to garment menggunakan mesin printer khusus. Keunggulannya ada pada detail warna yang dihasilkan. Hasilnya seperti mencetak foto beresolusi tinggi pada sebuah kain.
Sayangnya, harga mesin printer khusus ini sangat tinggi sehingga biaya produksi untuk sebuah apparel dengan sablon DTG harus dijual dengan harga mahal.
Teknik sablon sampai saat ini masih terus mengalami perkembangan, khususnya yang menggunakan teknologi digital. Kualitas hasil sablon yang diberikan juga terus meningkat.